Powered By Blogger

Minggu, 11 April 2010

Darah Rendah, Harus Bagaimana?

Dunia ini memang aneh. Di kala kebanyakan orang saat ini harus berhadapan dengan ancaman dari tekanan darah tinggi yang mereka derita, justru sebagian orang lain diwariskan dengan tekanan darah yang cenderung rendah. Rendah atau tingginya tekanan darah seseorang salah satu faktor penyebabnya memang berupa faktor keturunan keluarga. Suatu keluarga dapat memiliki faktor bakat darah rendah sedangkan keluarga yang lain dipusingkan dengan masalah bakat darah tinggi. Hipertensi atau darah tinggi memang lebih banyak memiliki daftar komplikasi maut ketimbang darah rendah, misalnya berupa penyakit jantung koroner, gagal jantung, stroke, penyakit ginjal dan masih banyak lagi. Namun seringkali mereka yang berdarah rendah pun sering cemas akan keadaannya dan malah ironis-nya, tidak jarang mereka yang memiliki hipertensi karena merasa ‘sehat’ tidak berobat rutin sehingga resiko komplikasi di ambang pintu.
Tekanan darah merupakan suatu parameter fungsi kardiovaskular yang sangat penting. Tekanan darah seseorang sesungguhnya merupakan resultan dari kerja pompa jantungnya (kardiak) dan kondisi vaskular (pembuluh darahnya), sehingga tekanan darah = kardio + vaskular. Setiap komponen dari jantung ataupun pembuluh darah (termasuk isinya yaitu darah) akan menentukan seberapa besar tekanan darah seseorang. Sebagai contoh, saat berolah raga aktif jantung akan bekerja lebih keras sebagai mesin pompa untuk memenuhi kebutuhan sel-sel tubuh yang sedang membutuhkan energi lebih, akibatnya komponen jantung (kardiak) meningkat sehingga tekanan darah wajarnya sedikit meningkat. Selain itu, tekanan darah juga dapat meningkat pada orang tua misalnya karena dinding pembuluh darah yang telah menjadi kaku (atherosclerosis). Oleh karena itu , tekanan darah yang menyimpang dari normal perlu selalu dipikirkan adanya penyimpangan diantara kedua komponen tersebut, entah itu komponen kardiaknya atau vaskularnya.
Tekanan darah dilambangkan dengan 2 angka yaitu batas atas (sistolik) dan batas bawah (diastolik). Batasan normal untuk orang kebanyakan adalah sekitar 120 mmHg untuk sistolik dan 80 mmHg untuk diastolik. Untuk kondisi dimana sistolik sama dengan atau diatas 140 mmHg dan atau diastolik sama dengan atau diatas 90 mmHg maka kita mengenalnya sebagai hipertensi. Lalu bagaimana dengan istilah darah rendah atau hipotensi? Di dunia medis terus terang topik hipotensi jauh kurang dibahas dibandingkan hipertensi. Namun kita sudah dapat menyebut tekanan darah seseorang sebagai darah rendah umumnya jika sistoliknya dibawah 90 mmHg. Artinya, untuk tekanan sistolik antara 90 - 120 mmHg kita dapat menyebutnya sebagai variasi tekanan darah yang baik.

Hipotensi yang wajar dan yang tidak wajar
Penyebab hipotensi pada seseorang bisa beragam, oleh karena itu kondisi darah rendah tidak boleh secara serampangan disamakan antara satu orang dengan orang lainnya. Hipotensi dapat terjadi secara akut (mendadak) atau kronik (menahun). Kejadian hipotensi akut hampir selalu adalah abnormal sehingga penanganan memang diperlukan. Kondisi semacam ini dapat dijumpai misalnya pada kehilangan cairan tubuh yang banyak (muntah-muntah hebat, diare), perdarahan banyak ( patah tulang paha atau pinggul ), serangan jantung, pengaruh obat-obatan, maupun karena infeksi berat (sepsis). Hipotensi akut seringkali berlanjut hingga menjadi sindrom shock yang ditandai dengan aliran darah ke organ-organ vital kita menjadi tidak cukup, misalnya ke otak, jantung, ginjal dan tentunya ke kulit. Kondisi hipotensi akut selalu harus diwaspadai dan tidak boleh dianggap sepele.
Lain halnya dengan hipotensi kronik. Memang ada sekelompok orang yang sejak kecil dan turun menurun dalam satu keluarga memiliki darah rendah. Hal tersebut adalah suatu variasi yang normal, selama tidak ada keluhan. Tekanan darah rendah semacam itu, kebanyakan dijumpai pada kaum remaja putri, menandakan suatu efisiensi dari sistem kardiovaskular (terutama jantung sebagai mesin pompa). Artinya, karena individu tersebut jarang terlibat dengan stres fisik (kerja berat-berat) ataupun stres psikis maka kebutuhan sel-sel tubuhnya juga secukupnya saja. Dan itu berarti jantung bekerja memompakan darah dengan secukupnya pula. Selama keadaan ini tidak menimbulkan keluhan bermakna seperti puyeng, mual, pandangan kabur, nyeri dada maka semuanya masih merupakan variasi normal.
Namun perlu diingat bahwa hipotensi kronik tidak selalu merupakan variasi normal atau kondisi yang aman-aman saja. Payah jantung kronik dapat bermanifestasi sebagai hipotensi pula dan hal ini merupakan salah satu wajah terburuk dalam dunia medis. Jadi perlulah waspada jika seseorang yang tadinya tekanan darahnya normal atau malah cenderung tinggi namun setelah berusia lanjut menjadi rendah disertai dengan gejala seperti mudah lelah dan menyesak saat beraktivitas, jantung berdebar-debar, batuk-batuk pada malam hari, terbangun pada malam hari saat tidur terlentang karena sesak, kaki bengkak, maupun mudah berkeringat dingin. Semua gejala diatas adalah bagian dari payah jantung kronis yang merupakan penyakit sangat serius dan perlu segera ditangani.
Ada satu jenis hipotensi lain yang sering dijumpai dan bersifat kambuh-kambuhan yaitu hipotensi postural atau ortostatik. Hipotensi ini memiliki sifat yang khas karena terjadinya terkait posisi seseorang, misalnya karena perubahan posisi dari berbaring menjadi berdiri. Gejalanya bisa berupa tiba-tiba puyeng, sempoyongan, gelap bahkan pingsan. Dalam keadaan normal, aliran darah di pembuluh balik (vena) memang lebih lancar dalam keadaan berbaring ketimbang berdiri karena saat berdiri aliran vena harus melawan gravitasi, sehingga saat berdiri volume darah yang masuk kembali ke dalam jantung lebih rendah.
Hal ini umumnya dikompensasi tubuh dengan meningkatkan frekuensi nadi sehingga tekanan darah umumnya masih dapat dipertahankan dalam kisaran yang wajar. Mekanisme kompensasi ini seringkali kepayahan dan terbatas pada orang tua sehingga resiko hipotensi postural sering dijumpai pada kaum lansia. Resiko menjadi semakin besar dikarenakan efek samping obat antihipertensi maupun antidepresi yang sedang dikonsumsi oleh lansia. Resiko hipotensi postural pada lansia adalah dapat terjadinya cedera sekunder karena terjatuh saat sempoyongan atau gelap.
Oleh karena itu, para lansia yang sedang mengkonsumsi obat-obat antihipertensi maupun obat antidepresi hendaknya patuh akan dosis yang diminum sesuai dengan resep dokter. Dianjurkan kepada kaum lansia untuk bergerak perlahan saat hendak bangun dari tidur berbaring, misalnya ke posisi duduk lalu baru kemudian berdiri sehingga tubuh memiliki waktu yang relatif cukup untuk mengkompensasinya. Selain itu para lansia hendaknya minum air putih dengan jumlah yang cukup karena keadaan kekurangan cairan tubuh (misalnya saat sedang diare) akan lebih memudahkan terjadinya hipotensi postural.

Apakah perlu minum garam?
Ini merupakan pertanyaan nan unik yang sering ditanyakan seorang pasien dengan bakat darah rendah kepada dokter. Mereka yang berdarah rendah seringkali merasa cemas dengan tekanan darah mereka dan bermaksud untuk menaikkan tekanan darahnya. Karena garam sudah lama diketahui dapat memperberat hipertensi maka tidak jarang terjadi salah persepsi bahwa untuk menaikkan tekanan darah maka dapat dicoba dengan minum air garam. Jadi apakah darah rendah memang perlu diobati, misalnya dengan minum air garam semacam itu?
Tidak semua keadaan hipotensi atau darah rendah perlu diobati. Umumnya hipotensi akut memang memerlukan penanganan segera, tapi hipotensi bawaan yang tanpa gejala tentunya tidak perlu diobati, apalagi bila sampai meminum air garam. Mereka yang memiliki darah rendah tanpa gejala adalah populasi yang sangat beruntung karena resiko penyakit-penyakit kardiovaskular umumnya lebih jarang terjadi pada mereka. Ada seloroh, yang mungkin juga benar adanya, bahwa semakin rendah tekanan darah seseorang (tentunya dalam kisaran yang dapat ditolerir) maka semakin berumur panjanglah ia. Oleh karena itu, jika berdarah rendah tapi tanpa gejala maka tentunya kondisi yang menguntungkan tersebut perlu dipertahankan bukannya berusaha untuk menaikkan tekanan darah dengan cara minum air garam.
Apabila individu yang berdarah rendah sering mengeluh mudah puyeng , gelap atau bahkan pingsan sehabis bekerja terlalu berat atau kecapekan, itu menandakan suplai darah ke otak yang kurang optimal dikarenakan tekanan darah yang rendah tersebut. Dalam keadaan seperti ini cara terbaik untuk meningkatkan tekanan darah ke titik optimal adalah dengan rutin berolahraga. Olahraga tidak selalu harus berupa games seperti badminton, basket ataupun fitness. Lebih memilih naik turun gedung kantor dengan menggunakan anak tangga ketimbang lift juga termasuk dalam daftar olahraga yang murah dan efektif asalkan rutin dilakukan. Aktivitas olahraga akan perlahan meningkatkan ambang daya pompa jantung sehingga tekanan darah akan stabil pada titik optimal bagi keperluan seluruh jaringan tubuh saat beraktivitas sehari-hari.
Jadi sebagai kesimpulan, mereka yang memiliki darah rendah bawaan dianjurkan untuk berolahraga secara rutin. Macam olahraga dapat bebas dipilih sesuai dengan kapasitas perorangan, tapi yang penting rutin dilakukan dan memilih jenis aerobik. Olahraga adalah cara yang dianjurkan, bukannya minum air garam bagi kaum darah rendah untuk menaikkan tekanan darahnya ke titik optimal.